Wahai Saudari kami...
Mungkin kalian pernah mendapati kami dalam keadaan dingin dan membisu
Padahal bisa saja, kami membuka pembicaraan dan memecahkan suasana bersama kalian
Namun kami sadar, bahwa tak layak bagi kami bermudah-mudah dikarena
khawatir hal itu akan mengikis kadar rasa malu kalian kepada kami.
Mungkin kalian pernah merasa risih ketika kami tidak memperhatikan wajah ketika berbicara dengan kalian?
Padahal memandang kalian ketika berbicara adalah mudah bagi kami,
Namun dengan memalingkan wajah, kami berharap agar kalian akan lebih
berhati-hati dalam berbicara dan menjadikan keadaan itu lebih suci bagi
hati masing-masing.
Wahai Saudariku...
Mungkin kamu akan mengatakan aku aneh ketika aku melarangmu menelefonku
Padahal, bisa saja aku mengangkatnya setiap saat engkau menelefonku
Namun aku belajar untuk menghargai seseorang yang berhak akan
mendampingimu kelak, dengan cara tidak berduaan denganmu dalam keadaan
yang tidak ada yang menemani.
Mungkin kamu akan kesal apabila
aku tak memberikan pesan penyemangat ketika engkau melaporkan kepadaku
tentang kegiatanmu hari ini
Padahal mudah saja jika aku harus
mengirimkan sebuah pesan tersebut agar membuat jiwamu menjadi lebih
bersemangat mengerjakannya
Namun, keberadaanku di sekitarmu ku harap
tidak menggoyahkan kesucian hatimu dengan mengirimkan kepadamu
pesan-pesan yang seharusnya tidak pernah kamu terima dariku jika itu
justru akan membuatmu berangan-angan.
Wahai Saudariku...
Bisa jadi sebuah harapan pernah terbesit dihatimu sehingga mungkin
engkau akan merasa gundah ketika aku tidak pernah meminta meminangmu.
Padahal, bisa saja aku lakukan itu agar hatimu senang
Namun aku sadar bahwa aku belum siap, maka aku redamkan lidah ini untuk menyatakannya di dalam diam.
Mungkin kamu akan datang memintaku agar kamu menantiku
Padahal aku mampu mengizinkan permintaanmu itu
Namun, apakah kamu tidak merasa sakit ketika suatu saat jodohku adalah
bukan dirimu? Bukankah usahamu untuk bersamaku dengan cara menantikanku
adalah sia-sia?
Atau mungkin saja kamu akan merasa gelisah ketika aku tidak pernah memintamu menungguku
Padahal bisa saja permintaan itu akan engkau indahkan ketika aku memintanya kepadamu
Namun aku mencintaimu atas dasar kesucian, maka aku tidak akan
memintamu untuk itu hanya karena ingin mempersilahkan laki-laki shaleh
lain untuk meminangmu
Bukankah kesucian yang aku inginkan untuk
menikahimu? Jika demikian, maka lebih baik engkau menikah kepada
laki-laki yang telah siap meminangmu tanpa harus membuatmu menunggunya.
Atau bisa jadi, kamu bosan karena terlalu lama menungguku untuk menyatakan sebuah ungkapan-ungkapan indah kepadamu
Padahal, bisa saja aku menyatakan itu untuk menyenangkan hatimu
Namun, Diam adalah caraku mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hatiku dan hatimu setelahnya.
Salam Ukhuwah..
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking